Minggu, 03 Februari 2013

EKOSISTEM

Tidak satu pun jenis makhluk hidup yang bisa hidup sendiri. Makhluk hidup dalam kehidupannya akan melakukan hubungan timbal balik dengan segala sesuatu di sekitarnya. Hubungan timbal balik atau interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berlangsung dalam berbagai bentuk. Ada hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, ada pula hubungan makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya. Bentuk hubungan itu dapat dalam bentuk rantai makanan dan simbiosis ataupun antibiosis. 

Rantai makanan merupakan transfer atau pemindahan energi dari sumbernya melalui serangkaian organisme yang dimakan dan yang memakan (Odum, 1993 dalam Indriyanto, 2006). Di dalam suatu ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu menangkap energi radiasi matahari dan mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia dalam tubuh tumbuhan, berupa karbohidrat selanjutnya dari karbohidrat dibentuk berbagai zat makanan lain yang diperlukan tumbuhan tersebut. Energi makanan yang dibuat oleh tumbuhan hijau itu sebagian digunakan untuk dirinya sendiri dan sebagian lain merupakan sumber daya yang dimanfaatkan oleh herbivora. Herbivora dimangsa oleh karnivora, dan karnivora dimangsa oleh karnivora lainnya, demikian seterusnya terjadilah proses pemindahan energi dan materi dari satu organisme ke organisme lain dan lingkungannya. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa suatu kehidupan dapat menyokong kehidupan lainnya. Dengan kata lain, dari suatu organisme ke organisme yang lain akan terbentuk suatu rantai yang disebut dengan rantai makanan.

Jaring makanan, yaitu gabungan dari berbagai rantai makanan (Odum, 1993). Semua rantai makan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan antar rantai makanan. Bahkan di dalam ekosistem, ketiga kelompok rantai makanan yang telah disebutkan di atas (rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit) saling berkaitan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makan yang lebih kompleks, maka terbentuk jaring makanan.

Jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kestabilan ekosistem tersebut. Makin banyak rantai makanan dan makin besar kemungkinan terbentuknya gabungan dalam jaring makanan, untuk menjaga kestabilan ekosistem makin tinggi. Oleh karena itu untuk menjaga kestabilan ekosistem, di dalam setiap kegiatan pengelolaan sumber daya alam tidak diperkenankan memutuskan rantai makanan yang ada, apalagi menghilangkan satu atau lebih rantai makanan yang ada dalam ekosistem. 

Fenomena interaksi yang terjadi dalam rantai makanan dan hubungan antara ukuran organisme dan metabolismenya menghasilkan berbagai komunitas dengan struktur trofik tertentu. Struktur dan fungsi trofik dapat terlihat pada masing-masing tipe piramida. Piramida makanan dapat digolongkan ke dalam tiga tipe piramida, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa dan piramida energi. Piramida jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan jumlah individu organisme pada tiap tahapan tingkatan trofik. Jadi, organisme dengan tingkat trofik masing-masing dapat disajikan dalam piramida jumlah. Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu dan diukur dalam gram. Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem. 

Hubungan antar komponen dalam ekosistem menyebabkan terjadinya proses pemindahan mineral dan energi yang berjalan melalui rantai makanan dan jaring makanan. Adanya aliran energi dan siklus materi yang berjalan melalui rantai makanan dan jaring makanan menyebabkan rantai makanan dan jaring makanan menjadi salah satu proses ekologi yang mewujudkan hubungan timbal balik antar organisme dengan lingkungannya.

Daun memiliki tiga jaringan, yaitu epidermis, mesofil, dan berkas vaskuler. Pada epidermis terdapat stomata yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air. Pada tumbuhan dikotil, di bagian mesofil terbentuk jaringan parenkim palisade dan jaringan spons. Di jaringan parenkim palisade terjadi fotositesis. Pada jaringan spons terdapat pembuluh pengangkut. Pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat jaringan parenkim palisade dan jaringan spons, tetapi berupa jaringan mesofil.
(disarikan dari Modul IPA_BERMUTU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar