PETRUK DADI RATU(TUGAS MARSSEL)
Citra Punakawan sering dikaitkan dengan
persoalan yang kental dengan batur, pembantu bangsawan,
jaga,kongkonan, wong
cilik,bahkan sering dianggap sekadar dagelan atau penghibur semata.
Punakawan itu sering disebut
marengtrukgong yang terdiri dari
Semar,Gareng, Petruk,Bagong/Bawor. Cerita ini, menggambarkan tokoh punakawan,
Petruk. Meski selalu jenaka namun anak dari Kyai Semar ini memiliki kecerdasan
berpikir. Namun untuk mewujudkannya , Petruk memerlukan kekuatan ampuh, yaitu
dengan menduduki jabatan tertinggi di sebuah negara sebagai seorang raja. Dengan
dibantu permaisuri, Jemuna yang lugas dan tegas menyadarkan semua pihak untuk
menjadi insan yang memiliki tanggung jawab atas segala hal sesuai dengan
kedudukan yang diamanatkan kepadanya. Carut marutnya para ksatria dan penguasa
Pandawa yang disebabkan oleh semua pihak yang lalai atas pusaka ampuhnya, Jamus
Kalimasada. Berkat pusaka ampuh itulah, Petruk dapat menduduki singgasana
negeri Ngrancang Kencana. Gareng dan Bagong mampu menyadarkan Petruk untuk narima
ing pandum, sesuai
kodrat hidupnya sebagai punakawan penasehat para ksatria Pandawa. Lakon “Petruk
dadi Ratu” dalam pagelaran wayang orang, “selain memberikan sebuah hiburan
dengan tontonan tradisional. Pementasan ini juga memberikan ajakan kepada semua
orang untuk bersikap jujur dan apa adanya”. Dalam versi yang lain, Petruk Dadi
Ratu adalah sebuah lakon yang diangkat dari cerita pewayangan tentang
pembangkangan. Lakon tersebut mengisahkan ontran-ontran yang di Kahyangan Jonggring Kaloko.
Huru-hara yang nyaris tidak berkesudahan tersebut terjadi akibat ulah Petruk
yang ingin merubah tatanan pemerintahan yang dianggapnya penuh tipu daya dan
manipulasi di sana-sini dengan malih rupa menjadi Prabu Kanthong Bolong. Tak
seorang pun mampu menghentikan sepak terjang kemurkaan Petruk, bahkan Prabu
Kresna dan Arjuna sekalipun. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa Kyai Semar
harus turun tangan untuk meredam kemarahan anaknya, hingga pada akhirnya
kambali ke wujud aslinya sebagai sosok punakawan.
Lakon yang berjudul Petruk dadi Ratu,yang
artinya Petruk menjadi Raja, dari lakon tersebut ada dua versi cerita namun
dari keduanya mengandung pesan moral yang hampir sama yakni “Petruk dadi ratu” menggambarkan sosok
“pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya, karena tidak memiliki kecakapan,
kharisma, kualitas moral, keteladanan dalam budi pekerti, dan justru terjebak
oleh egoisme dan nafsu tercela” di samping itu pesan moral yang lain adalah “selain
memberikan sebuah hiburan dengan tontonan tradisional. Pementasan ini juga
memberikan ajakan kepada semua orang untuk bersikap jujur dan apa adanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar